Sebagai wedding singer (penyanyi pernikahan), Dian ingin menunjukkan kepada khalayak bahwa pekerjaan sebagai penyanyi itu adalah sebuah anugerah yang harus disyukuri dan tidak bisa hanya dipandang sebelah mata. “Tidak semua orang bersuara indah. Kita adalah orang pilihan yang mendapat anugerah dari Allah SWT, karena itu asah terus bakatmu hingga kamu sukses,” ujarnya.
Seni bernyanyi menurut Dian bukanlah hanya sekedar hobi. Seni bernyanyi bisa membawa kepada kesuksesan dan bahkan bisa menjadi alternatif penopang ekonomi.
Dian enggan menyebutkan usianya. "Biar orang penasaran dan menebak sendiri," katanya. Namun saat menjadi bintang tamu di acara Bincang Bincang Semeru (BBS) Senin (13/04) malam, terungkap jika pada tahun 1996 Dian ‘remaja’ pernah menjadi Bintang Radio dan Telivisi tingkat Jawa Timur.
Ferry Sinaro presenter kece BBS berkali-kali menjebak Dian agar terungkap berapa usia sebenarnya. Saat menyebut tahun even yang diikuti dan berapa usianya kala itu, maka terungkaplah rahasia kecil itu, sambil tertawa Ferry Sinaro mengambil kesimpulan jika Dian seumuran dengannya.
Ngamen Sejak Kecil
Dian mengawali karir bernyanyi sejak usia 14 tahun. Di usia remaja awal itu Dian sudah banyak mengisi pundi–pundi uang dari passionnya bernyanyi. “Saya ngamen dari panggung ke panggung sejak remaja bersama Om saya,” ujar penyanyi berparas cantik itu sembari menceritakan jika Omnya yang ada di Jember yang awalnya mengajarinya bernyanyi.
Tidak heran kalau Dian sudah menjadi artis dari panggung ke panggung karena dia memiliki darah seni dari keluarganya. Satu keluarga dan bahkan satu turunan dari kakek dan neneknya semua adalah pemain musik. “Mulai kecil di lingkungan musik, sejak usia 4 tahun saya sudah berlatih mengenal nada,” ungkapnya.
Dian bercerita saat remaja dia mengenal lagu cinta pertama yang dikenangnya adalah lagunya Dian Piesesha yang berjudul Tak Ingin Sendiri.
Dian waktu itu beruntung, selain terlahir dari keluarga seniman musik, tahun- tahun Dian waktu kecil dan remaja dunia musik masih memberi ruang bagi anak-anak. Dian bercerita kala itu di Lumajang juga ada ruang berkarya untuk penyanyi anak-anak.
Pada tahun 1988,1989 hingga tahun 1990 berturut turut Dian menjadi jawara lomba pop singer di Lumajang. “Saya ingat waktu itu lombanya di Gedung Yos Sudarso. Tapi sayang sejak tahun 1990 lomba itu sudah tidak ada lagi,” kenangnya.
Tidak hanya jago kandang, Dian remaja ternyata juga pernah menjadi seorang bintang pada ajang Bintang Radio dan Televisi (BRTV). Pada tahun 1996 di ajang BRTV yang digelar RRI Jember, Dian mendapat penghargaan sebagai juara kedua.
Bersama dengan juara pertama waktu itu Dian dikarantina dan didik untuk mengkuti lomba tingkat Jawa Timur. Pada BRTV tingkat Jawa Timur inilah Dian menyabet gelar sebagai Bintang Radio dan Televisi sebagai juara pertama. Tidak sampai di situ, Dian kemudian dikirim ke tingkat nasional di Jakarta. Pada ajang di tingkat nasional ini, dia harus puas pada peringkat ketiga.
Pada tahun 1997 Dian ingin mengulang suksesnya di ajang yang sama, namun karena saat itu banyak muncul bibit baru, Dian harus rela melepas harapannya dan diganti dengan bintang-bintang baru. Rasa kecewa Dian kembali terobati saat dia kembali dikirim ke Kalimantan untuk mengikuti Pekan Olah Raga dan Seni (PORSENI) tingkat nasional. Di ajang Porseni ini Dian kembali berjaya dan bahkan pernah sempat ditawari rekaman oleh Ahmad Dhani (pentolan Dewa 19). Tapi sayangnya Ibu Dian masih belum merestui, apalagi ada biaya yang harus dikeluarkan sebesar 40 juta. ”Uang sebanyak itu harus jual sawah, kamu kuliah saja agar menjadi pegawai negeri,” ujar Dian menirukan nasehat ibunya kala itu.
Ada sedikit penyesalan tersirat ketika ternyata setelah kuliah Dian tidak jadi apa-apa, malah karir bernyanyinya yang sukses.”Tahu gitu rekaman saja dengan Ahmad Dhani,” ujar Dian menirukan komentar Ibunya. Dengan pengalamannya ini, Dian kemudian mengambil sebuah hikmah. Mumpung ada kesempatan, jika memiliki anak yang berbakat sebaiknya disupport hingga karirnya berhasil.
“Seniman kalau menemukan jalannya, krannya terbuka dan konsisten pasti sukses,” katanya. Menurut Dian, waktu itu ukuran anak sukses adalah ketika dia menjadi pegawai negeri, padahal seniman bisa lebih kaya dari pejabat. Sekarang Dian sudah menjadi ibu, maka dia bertekat akan mengembangkan bakat anaknya. “Sayang anak saya gak ada yang nurun. Anak saya lebih berbakat menggambar,” ujar ibu dari 3 orang anak ini. “Bisa bernyanyi adalah kelebihan talenta dari Allah. Kita tidak boleh memaksakan anak untuk mahir yang bukan pada bidangnya,” ujar Dian yang prihatin kepada orang tua yang memaksa anaknya les bidang tertentu yang sebenarnya bidang itu bukan bakatnya.
Emaknya Artis yang Pengusaha
Saat tamoil di acara BBS Semeru FM yang dipandu Ferry Sinaro dan Nuris Hamzah, Dian berkali-kali diminta untuk bernyanyi duet dengan Irawan (penyanyi yang juga juara Bintang Radio Semeru FM tahun 2019 kategori pop putra). Irawan adalah salah satu artis Lumajang yang menjadi binaannya. “Wow…saya serasa ada di sebuah konser, duduk di depan sambil memegang lilin,” komentar presenter BBS Ferry Sinaro usai mendengar Dian bernyanyi diiringi musisi gitar bang Andre (rekan Irawan),
“Irawan keren. Irawan seperti anak sendiri, yang perlu diperbaiki Irawan adalah teknik dan attitude bernyanyi,” ujar Dian ketika diminta pendapatnya tentang sosok Irawan oleh Ferry Sinaro.
Irawan sendiri memanggl Dian dengan sebutan Emak, karena Dian banyak memberi masukan dan arahan kepada Irawan seperti anak sendiri. “Emak ini sangat peka. Saya waktu rekaman pertama dihentikan karena ada suara yang fals, padahal saya tidak merasa ada nada keluar dari notasi lagu. Tapi setelah dilihat hasil rekamannya ternyata Emak benar,” kisah Irawan sambil tersipu.
Selain menjadi wedding singer, ternyata Dia juga memiliki studio rekaman sendiri. Studio rekaman yang diberi nama Wong Telu Record didirikan untuk mewadahi mereka yang ingin berkarya ataupun mereka yang ingin membuat cover lagu. “Lewat studio Wong Telu Record ini, anda bisa take audio dan gambar sehingga videonya bisa di upload di Youtube atau media lain,” ujar Dian yang mengaku justru banyak dikenal setelah di mengupload beberapa lagunya di Youtube.
“Saat pertama rekaman lagu, hasilnya biasa saja. Tapi setelah diaransemen dan diolah di studio ini, hasilnya cukup mencengangkan,” ujar Irawan menimpali soal profesionalisme awak Wong Telu Record. Di balik Wong Telu Record ini selain Dian yang menangani aransemen, juga ada nama lain yakni Ristaf Ramadan juga bagian aransemen. Kemudian ada pula bagian mixing, mastering, tuning yang digawangi seorang yang benama Guruh.
Lumajang sebenarnya memilik banyak talent yang kompetitif. Ini terbukti waktu Wong Telu Record menggelar sebuah kompetisi vocal yang ternyata banyak peserta yang berpartisipasi. ”Harusnya seniman yang punya karya seperti ini disupport. Orang Lumajang sendiri yang mestinya mensupport, terutama pejabat yang berwenang,” ujar Dian.
Dian mencontohkan tentang seni musik di Banyuwangi yang bisa berkembang dan dikenal karena mendapat support baik dari masyarakat maupun dari pemerintahnya.
Selama 26 tahun berkarir di dunia tarik suara, Dian mengaku baru tahun ini dia mengalami sebuah kevakuman. Seperti yang dialami seniman-seniman lain, wabah corona ternyata merenggut semua job menyanyinya. “Ada 10 job batal, tapi untungnya usaha lain seperti project record masih tidak terpengaruh,” ujarnya.
Dian mengaku tetap membuka studio rekamannya, namun dengan tetap patuh aturan physical distancing. “Yang mau rekaman hubungi saya saja lewat nomor 0813 3315 8603,” tukas Dian berpromosi.
Saat diwawancarai Radio Semeru FM, dian juga menyempatkan diri mempromosikan usahanya yang lain. Selain memilki studio rekaman Wong Telu Record, ia juga mengaku memiliki kelompok band yang bernama Hompimpa Band dan The Bezek Nasi Ayam dan Nasi Bebek. Semua usahanya itu bermarkas di Jalan Slamet Riyadi Gg. Gotong Royong nomor 16 Lumajang. (TEGUH EKAJA)
0 Komentar