Di era pandemi corona (Covid-19) yang kini mulai memasuki new normal, banyak sektor bisnis yang bertumbangan, mulai yang berskala besar seperti perusahaan maskapai penerbangan hingga yang paling kecil seperti penjual cilok. Namun, cukup banyak bisnis online yang tetap bertahan, bahkan makin lincah mendulang rupiah di tengah derita global itu.
Bisnis online memang prospektif atau cukup menjanjikan, sehingga membuat orang tertarik dan tidak sedikit masyarakat yang kemudian ikut-ikutan tanpa memahami seluk-beluk bisnis online tersebut. Oleh karena itu, agar tidak gagal, bisnis online harus kreatif dan direncanakan dengan baik.
Bisnis online ataupun bisnis konvensional pasti banyak tantangan dan hambatan. Pemain bisnis online sekarang juga semakin banyak persaingan, bahkan hampir setiap kali kita membuka internet pasti langsung menemukan iklan atau promosi dari pelaku bisnis online.
Agus Setiawan, SE, seorang pakar ekonomi yang juga pengusaha sukses Lumajang, kembali membagi pengalaman dan ilmunya tentang dunia bisnis online tersebut yang disiarkan secara langsung di Radio Semeru FM dan akun facebook Radio Semeru FM Lumajang, Sabtu (20/4) pagi. Dalam talkshow yang dipandu Hariyanto, S.Pd dan kameramen, Roni Bachelor, ST, pada pukul 07.30 sd 09.30 WIB ini, Agus Setiawan memaparkan seluk beluk bisnis online secara gamblang dan lengkap.
Dalam perbincangan yang mengusung tema Tantangan dan Prospek Bisnis Online ini, Agus Setiawan memaparkan sejumlah tantangan yang harus diketahui dalam menggeluti bisnis ini. Tantangan yang pertama adalah kompetitor atau pesaing. Dengan banyaknya persaingan, maka pebisnis online harus meng-upgrade pengetahuan, skill di bidang internet marketing atau digital marketing. “Kalau tidak, kita akan kalah dengan kompetitor kita di mana mereka punya resources(sumberdaya) yang lebih banyak, lebih baik dan lebih bagus,” ujar Setiawan mengingatkan.
Jika ingin berbisnis online, tidak bisa hanya sekedar membuka toko online yang berjualan dan ditinggal begitu saja. Untuk berbisnis online, menurutnya harus ada upaya-upaya supaya toko online makin dikenal oleh masyarakat.
Tantangan yang kedua yaitu adanya konsumen yang nakal. Ini sering menjadi masalah. Setiawan mencontohkan ada konsumen yang sudah mau membeli barang dan saat akan dikirim tiba-tiba dicancel atau dibatalkan. Ini juga terjadi pada ojek online. Tentu saja hal ini merugikan bagi para pemain toko online atau pemain ojek online. “Ini perlu diperbaiki bisa dengan menciptakan sistem yang bisa meminimalisir hal tersebut,” ujarnya.
Tantangan ketiga adanya tukang tipu atau penipuan. Biasanya apabila toko online sudah bagus dan barang yang dijual sudah dikenal oleh publik, biasanya akan ada aja orang yang meniru dengan menjual barang yang kualitasnya lebih rendah atau barang KW.
“Ketika masyarakat menganggap barang itu adalah barang original seperti yang kita jual dan ternyata kualitasnya jauh di bawah milik kita , maka toko online kita pun terimbas sehingga nama baik toko kita jadi tercoreng di mata para pengguna internet,” ujar Setiawan yang juga memiliki beberapa bisnis online.
Tantangan yang keempat dalam berbisnis online adanya hacker atau pencurian data. Ini yang yang mesti diwaspadai oleh para pemain toko online, karena menurut Setiawan sekarang pencurian data itu macam-macam bentuknya. Ada yang sengaja menciptakan aplikasi yang menarik, misalkan aplikasi yang bisa membaca suhu badan, aplikasi yang membuat wajah semakin cantik atau semakin ganteng. “Jangan sembarang menginstal aplikasi, karena ini salah satu bentuk dari pencurian data. Data pribadi kita bisa digunakan untuk hal-hal yang merugikan kita,” ujar Setiawan.
Setiawan mengingatkan agar semua waspada dengan aplikasi yang ditawarkan, sebab banyak kejadian yang merugikan akibat pencuria data ini. Misalnya ada transaski kartu kredit atau transasksi jual beli online yang ternyata dilakukan orang lain dengan menggunakan data pribadi yang diretas melalui aplikasi yang terinstal di android kita.
Tantangan yang berikutnya adalah perkembangan informasi dan teknologi informasi (TI) yang sangat cepat. Perkembangan tekonologi yang sangat cepat ini harus diwaspadai dan harus diikuti oleh para pemain toko online atau bisnis online. Apabila tidak update, maka dipastikan akan ketinggalan. “Informasi teknologi informasi sekarang berkembang sangat cepat, sehingga menuntut kita untuk mengikutinya dengan sangat cepat pula,” tegasnya.
Tantangan yang ke-6 bagi pebisnis online yakni trend musiman. Barang yang dijual di toko online atau bisnis online biasanya musiman. Contohnya trend di kalangan ibu-ibu yakni trend kerudung, misalkan diperkirakan hanya bertahan hingga 6 bulan. Maka saat jual kerudung dengan trend tersebut jangan sampai baru muncul di bulan ke empat atau terlambat mengikutinya. “Jangan sampai kita baru mulai jual barang tersebut, musimnya atau trendnya sudah berganti,” ujarnya.
Tantangan yang ke-7 untuk pemain-pemain bisnis online adalah kesehatan tubuh, karena jualan online banyak yang memaksa diri demi pelayanan yang terbaik. Bisnsi online yang bisa buka 24 jam penuh kadang membuat penjual lupa waktu dengan terus melayani pembeli hingga begadang. Bisnis online bisa melayani pembeli di luar negeri yang tentunya waktunya berbeda. Diluar negeri masih siang sementara di Indonesia sudah malam bahkan dini hari. Akibatnya penjual harus begadang. “Kalau sudah malam mestinya menyesuaikan diri agar kesehatan tidak terganggu,” ujar Setiwan mengingatkan.
Tantangan yang terakhir dalam bisnsis online menurut Setawan adalah masalah keuangan, dan ini harus diperhatikan dengan baik. “Kuncinya jangan sampai tercampur antara uang untuk bisnis kita dengan uang pribadi kita dan yang terakhir jangan banyak gaya,” ingatnya. Kebanyakan toko online tidak bisa berkembang karena salah mengelola keuangan dan masalah ini menjadi masalah umum di setiap bisnis apapun.
KUNCINYA MEMBANGUN KEPERCAYAAN
Dalam bisnis, termasuk bisnis online, kepercayaan menurut Setiawan adalah merupakan modal utama. Biasanya sebagai seller atau penjual yang baru terjun di bisnis online kadang diperlukan sedikit berkorban. Dengan mengistilahkan ‘bakar uang’, Setiawan mengingatkan agar bisa membangun kepercayaan terhadap pembeli dengan cara memberikan produk kita secara cuma-cuma atau dengan separuh harga kepada orang yang dianggap sebagai trend center atau orang yang memiliki banyak pengikut. Harapannya dengan digunakannya produk kita tersebut, maka orang lain yang melihatnya bisa tertarik dan percaya karena orang yang mereka percaya atau jadi panutannya juga telah percaya menggunakan produk tersebut.
Pembeli juga tidak langsung percaya kepada penjual online yang belum memiliki nama atau yang baru memulai bisnis. Karena pelayanannya pun harus berbeda, misalkan dilayani dengan cara mengirim barangnya dulu atau diajak bertemu dulu.
“Sekarang sedang dikembangkan oleh para pebisnis online adalah ‘influencer marketing,” ujar Setiawan. Biasanya menurut Setiawan orang yang memiliki followers atau pengikut banyak dan juga engagement rate (indikator interaksi antar akun sosial media) yang tinggi diberi separuh harga atau bahkan digratiskan untuk menggunakan produk yang dijual agar yang lain tertarik.
“Ketika influencer memakai produk kita, maka diharapkan orang lain bisa bertanya beli di mana atau menanyakan manfaat dan keunggulan produk tersebut atau bahkan langsung ikut membeli produk tersebut untuk mengiukuti trend,” ujar Setiawan.
“Ke depan mungkin yang perlu dikembangkan adalah micro influencer agar tidak terlalu banyak cost yang dikeluarkan,” ujar Setiawan. Influencer marketing merupakan sebuah cara pemasaran menggunakan influencer di sosial media seperti Instagram, Youtube, Facebook dan lain-lain. Influencer sendiri menurut Setiawan adalah orang yang memiliki jumlah followers(pengikut) dengan jumlah besar dan memiliki pengaruh kuat terhadap pengikutnya seperti selebgram, public figure, youtuber, dan lainnya.
Adapaun keuntungan mengunakan influncer marketing sebagai upaya pemasaran dan membangun kepercayaan adalah makin terbangunnya kepercayaan atau trust, biaya lebih terjangkau, target pasar atau audience menjadi spesifik, meningkatkan brand awareness, cocok untuk generasi milenial, dan lain-lain.
(TEGUH EKAJA)
0 Komentar