Setelah secara resmi terpilih memimpin Majelis Pimpinan Cabang
Pemuda Pancasila (MPC PP) Lumajang, Agus Setiawan langsung bergerak
cepat melakukan pembenahan ke dalam. Mulai dari memenuhi kelengkapan
organisasi seperti pembentukan kepengurusan, badan-badan,
sekertariatan, hingga penertiban dan pemberdayaan anggota.
“Program pertama yang akan kita lakukan selain membentuk kepengurusan
adalah penertiban keanggotaan, karena disinyalir banyak orang-orang yang
mengatasnamakan PP melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak sepatutnya
dilakukan,” ujar Setiawan.
Setiawan mencontohkan ada sekelompok
orang yang berbaju atau berkaos PP melakukan kegiatan seperti
mendatangi pengusaha untuk meminta jatah. “Kami akan melakukan
penertiban keanggotaan, kemudian akan melakukan penertiban Kartu Tanda
Anggota (KTA) tentu dengan assessment. Nanti ada penilaian yang akan
kami lakukan sehingga tidak bisa sembarang orang mengatasnamakan PP,”
ujarnya.
TERTIBKAN KEANGGOTAAN
Terkait dengan sepak
terjang anggota PP yang kadang dinilai terlalu keras, Setiawan mengaku
bahwa kultur PP yang keras masih ada hingga kini, mengingat organisasi
PP ini berasal dari organisasi kepemudaan yang kemudian berubah menjadi
organisasi massa. Hal ini terlihat seperti di beberapa kota sering
terjadi bentrokan, terjadi gesekan dengan organisasi yang lain, gesekan
dengan masyarakat.
“Ini akan coba kita minimalisir melalui
upaya pengkaderan dan penertiban keanggotaan. Bahkan kami mendapati
banyak anggota yang datanya masuk tapi orangnya tidak jelas. Ada pula
yang namanya tercatat sebagai pengurus, namun yang bersangkutan tidak
tahu. Ini semua akan kita tertibkan,” tegasnya.
Diakuinya saat
ini banyak anggota yang hanya diberi KTA, nama mereka dimasukkan di
database sebagai anggota Pemuda Pancasila, namun setelah itu vakum.
Perekrutan dan pendataan seperti ini menurut Setiawan hanya sebagai
syarat untuk bisa membentuk MPC di Lumajang.
“Ini yang akan
kita urai satu per satu sehingga kami mengetahui anggota PP itu sampai
seberapa banyak, berada di mana saja, siapa saja yang punya KTA dan
siapa saja yang belum memilikinya,” ujar Setiawan.
Setiawan
menyatakan akan melakukan penelitian dengan berbagai upaya sehingga
suatu waktu nanti mereka baik yang memiliki KTA ataupun tidak, akan
dikumpulkan dalam satu event seperti acara ulang tahun Pemuda Pancasila.
Setiawan meminta dukungan kepada masyarakat agar mensuport
dengan memberikan informasi-informasi apabila terjadi hal-hal yang
meresahkan masyarakat agar melaporkan ke MPC. Setiawan juga akan
membentuk provost yang akan mendisiplinkan keanggotaan.
“Harapannya kami mampu bekerja untuk masyarakat. Badan-badan yang
dibentuk bisa mengadvoksi masyarakat, baik itu di bidang hukum, bidang
wirausaha, kita juga akan advokasi petani dan nelayan, buruh dan
pekerja,” terangnya.
Dengan demikian diharapkan jika ada
masyarakat yang mengalami hal-hal kurang baik seperti ada penekanan di
tempat kerja, tidak mendapatkan hak-haknya di tempat kerja itu bisa
mengadu kepadanya. “Badan perlindungan yang kami bentuk nanti, seperti
badan pekerja Pemuda Pancasila akan melakukan advokasi. Harapan kami,
aspirasi masyarakat yang selama ini mungkin tidak bisa direspons dengan
baik, maka bisa didapatkan dengan kehadiran kami melakukan advokasi
tentunya dengan cara-cara yang baik,” ungkapnya.
Setiawan
bertekad menjadikan organisasi PP ini agar bermafaat bagi warga Lumajang
dan menjadi mitra terbaik dalam setiap pembangunan. Karena itulah saat
talkshow di Radio Semeru FM pada hari Sabtu (8/8), Setiwan memohon
kepada masyarakat untuk membantu melaporkan kepadanya apabila ada
anggota pemuda Pancasila yang melakukan kegiatan-kegiatan illegal,
melakukan kegiatan-kegiatan yang meresahkan masyarakat dengan
mengintimidasi dan menekan masyarakat.
“Mohon dilaporkan kepada
kami, supaya kami bisa melakukan tindakan-tindakan internal sehingga
kami bisa tahu ini anggota PP atau bukan. Jika mereka anggota PP, maka
akan kita berikan sanksi organisasi. Atau jika mereka melanggar hukum,
kami tidak segan untuk melaporkan ke aparat penegak hukum, tentunya
dengan upaya pembinaan terlebih dahulu. Kalau tidak bisa dibina ya kita
lakukan upaya lain agar nanti organisasi ini menjadi sehat dan bersih,”
jelasnya.
ORGANISASI PP BUKAN PEMUDA PARKIRAN
Agus
Setiawan bertekad melakukan transformasi secara optimal PP Lumajang.
“Ke depan Pemuda Pancasila ini tidak dikenal sebagai ‘pemuda parkiran’.
Kami akan lebih banyak melakukan pemberdayaan anggota, sehingga tidak
hanya sekedar menjaga parkiran, menjadi centeng keamanan, penagih
hutang,” tegas Setiawan.
Tidak dipungkiri bahwa masyarakat juga
sering melihat ada orang berseragam PP menarik parkiran di
tempat-tempat tertentu. Terkait dengan hal ini, Setiawan akan melakukan
evaluasi. Soal parkir yang ditangani anggota PP ini Setiawan mendengar
ada pembicaraan dengan instansi terkait dan memang diberikan ruang
untuk melakukan pengamanan parkir.
Selama ini parkir dilakukan
oleh orang-orang yang tidak terkoordinasi. Mereka menarik tarif
seenaknya, namun tidak bertanggung jawab kalau ada kehilangan. “Dengan
kami bina, kami koordinasikan, maka diharapkan mereka bisa menarik lebih
baik dan lebih bertanggung jawab, lebih teratur sehingga tidak terjadi
gesekan dengan masyarakat yang lain,” ungkapnya.
Ini akan
dievaluasi bagaimana selama ini penerapannya dan uangnya lari kemana.
Sehingga ketika diberi ruang untuk membantu dinas terkait soal parkir,
keamanan dan lain lain, maka harus tertib dan rapi, terkoordinasi, harus
jelas alur keuangannya.
“Kita coba arahkan seharusnya
seperti apa, karena kita bergerak atas nama organisasi massa, tidak bisa
bergerak atas nama individu masing-masing. Juga Harus ada timbal
baliknya ke masyarakat jika kita mendapatkan income dari parkir atau
sesuatu yang kita tangani, maka kita gunakan untuk kegiatan sosial” ujar
Setiawan.
Setiawan mencontohkan melalui badan otonom Srikandi
Pemuda Pancasila, akan dilakukan kegiatan parenting dengan pembiayaan
hasil dari kegiatan di lapangan seperti parkir tersebut. PP dengan
semangat baru akan lebih banyak melakukan berbagai macam usaha yang
legal, yang bisa memberikan income untuk perputaran organisasi.
Terkait dengan kegiatan sosial ini sendiri Setiawan mengatakan bahwa
pihaknya sudah melakukan sejak awal seperti yang dilakukan oleh Srikandi
Pemuda Pancasila di daerah Kunir. Mereka hadir memberikan bantuan bakti
sosial berupa sembako dan lain-lain. Belum lagi aksi penyembelihan
hewan qurban yang dibagikan kepada masyarakat sekitarnya.
“Kami ingin PP itu berubah menjadi organisasi massa yang akuntabel,
profesional dan kita memiliki militansi dan loyalitas yang tinggi.
Harapannya dengan kami berikan kaderisasi nanti teman-teman kalau
pendapat income harus jelas laporannya dan pertanggungjawabannya pada
organisasi ini,” jelas Setiawan.
Setiawan berjanji akan segera
melakukan inventarisir keanggotaan maupun aset-aset yang dimiliki selama
ini dengan melakukan koordinasi dengan dinas terkait yang selama ini
sudah memberikan kepercayaan seperti kepercayaan untuk mengelola parkir.
KULTUR SEMI MILITER
Ketika ada pendengar yang menanyakan soal penegakan disiplin
anggota agar bisa lebih bijak dan amanah tidak hanya pamer atribut,
sementara kultur PP terkesan sebagai organisasi yang semi militer,
Setiawan mengatakan ke depan akan diupayakan tampil lebih baik sebagai
organisasi yang bisa membantu masyarakat dan bertransformasi menjadi
organisasi yang profesional.
Setiawan mengakui, kultur semi
militer ini memang melekat, apalagi banyak anggota militer yang sudah
purna tergabung di Pemuda Pancasila. Sejarah pembentukan PP, menurut
Setiawan, memang semi militer sehingga mau tidak mau kultur ini tetap
akan dipertahankan tapi sebatas untuk jejaring komando saja supaya tetap
disiplin. Tetapi nanti lebih banyak diarahkan untuk kegiatan-kegiatan
yang non militer, seperti kegiatan usaha, pendidikan, kaderisasi, dan
lain-lain.
“Rantai komando kami menggunakan komando semi
militer, karena kita juga ada komando inti yang mau tidak mau harus semi
militer. Kalau tidak semi militer tentunya tidak tidak sesuai dengan
kultur Pemuda Pancasila,” terangnya.
Lebih lanjut Setiawan
sedikit bercerita tentang sejarah latar belakang Pemuda Pancasila yang
semi militer tersebut. Kata Setiawan, di PP itu ada badan yang namanya
Komando Inti (Koti) Mahatidana yang dulu dibentuk oleh alm.Jendral TNI
(Purn) Abdul Haris Nasution untuk melawan organisasi pemuda yang
dibentuk oleh partai-partai yang melakukan pemberontakan, yakni Partai
Komunis Indonesia (PKI). “Organisasi pemuda bentukan PKI ini dulu
namanya Pemuda Rakyat. Nah PP ini dibentuk untuk melawan itu,”
terangnya.
PP saat itu telah diberikan pendidikan militer,
bahkan diberikan senjata untuk membantu TNI melawan pergerakan menumpas
pemberontakan PKI bekerjasama dengan organisasi yang lain seperti NU dan
Banser. Namun pada perkembangannya selama Orde Baru hingga beberapa
waktu yang lalu, PP terkenal keras semi militer. Banyak anggotanya yang
petentang-petenteng kemana-mana memakai uniform PP, melakukan
intimidasi, melakukan tindakan-tindakan yang tidak seharusnya dilakukan
sebagai organisasi massa.
Harusnya menurut Setiawan, organisasi
masa itu hadir memberikan perlindungan kepada masyarakat, memberikan
pendampingan kepada masyarakat dan memberikan input yang berguna untuk
masyarakat. “Ini akan kami coba benahi. Ini sudah digariskan oleh
Majelis Pimpinan Nasional dan Majelis Pimpinan Wilayah bahwa saat ini
sudah bukan saatnya lagi kita datang meminta jatah, tapi kita datang
memberikan solusi, kita datang untuk membantu pemerintah,” ungkap
Setiawan.
“Ini yang yang coba kita transformasikan dalam
program-program yang akan kami jalankan. Tentunya tugas yang sulit
secara kultural ini mungkin butuh waktu yang panjang, tapi kami yakin
setidaknya perubahan itu akan kelihatan nyata nantinya dengan didukung
oleh masyarakat, juga didukung oleh pemerintah dan aparat hukum, serta
didukung juga oleh pimpinan kami di tingkat wilayah maupun di tingkat
nasional,” harapnya.
“Apa yang digariskan, apa yang menjadi
perintah dan amanat dari pimpinan nasional dan wilayah tentu harus kami
jalankan di Lumajang, dan memang awalnya adalah PP harus transformasi
seperti yang disampaikan oleh Bapak Ir. Haji La Nyalla Mattalitti waktu
memberikan sambutan di acara rapat pleno. Yang kita pikirkan adalah
pemberdayaan dan ini klop dengan apa yang kami lakukan,” sambungnya.
Lebih lanjut Setiawan mengatakan bahwa jika ingin mengikis
tindakan-tindakan negatif yang dilakukan oleh anggota PP selama ini,
maka mereka harus bisa diberdayakan sesuai dengan potensinya
masing-masing. Selain itu juga harus dipikirkan bagaimana mereka bisa
mandiri dan meningkat kesejahteraannya. “Tanpa itu semua, mereka akan
kembali menekan masyarakat, kembali mengintimidasi masyarakat, ini yang
tidak kita inginkan. PP ke depan harus lebih maju, lebih baik dan mampu
berkarya,” tegasnya.
PP SEPERTI RUMAH BESAR
Terkait
dengan posisinya di kancah perpolitikan, Setiawan menegskan bahwa
sebagai organisasi massa, PP akan menjaga posisi dan tidak mau terlalu
dalam ke politisasi. “Seacara organisasi kami menjaga posisi selalu
berada di tengah, tapi tidak menutup kemungkinan secara individu
anggota-anggota kami juga memihak, itu kami persilahkan,” ungkapnya.
PP diibaratkan sebagai rumah besar, di mana anggotanya terdiri
dari banyak kalangan dan bahkan ada yang dari partai politik, ada dari
NU, ada dari Muhammadiyah, ada juga dari organisasi yang lain, ada juga
dari masyarakat biasa. Karena itu jika misalnya ada hajat Pilkada
berlangsung di Lumajang kemudian banyak anggota yang memihak pada calon
tertentu itu tetap diperbolehkan sepanjang tidak membawa nama
organisasi.
“Itu merupakan proses demokrasi yang di PP juga
harus kita jamin prosesnya. Kami tidak boleh membelenggu demokrasi.
Proses itu di dalam organisasi kami persilakan, karena sebagai rumah
besar kami menampung semua aspirasi, namun secara organisasi kami
berusaha menjaga posisi tetap di tengah,” terangnya kembali.
Dalam waktu 30 hari ke depan, Setiawan akan menyelesaikan berbagai hal
tentang kepengurusan. Ia berharap dalam waktu 2 minggu sudah bisa
mengirim susunan pengurus ke wilayah untuk mendapatkan penetapan
perubahan kepengurusan berupa surat keputusan atau SK dan selanjutnya
akan dilakukan pelantikan.
“Harapan kami bisa menghadirkan
Ketua Majelis Pimpinan Wilayah, Bapak Insinyur Haji La Nyalla Mahmud
Mattalitti ke Lumajang secara langsung, kalau kemarin kan secara
daring,” ujarnya.
Setelah pelantikan, selanjutnya dalam waktu
3 bulan yakni 100 hari kerja, pihaknya akan melakukan pendampingan
mensupervisi PAC di masing-masing kecamatan untuk segera membentuk
kepengurusan tingkat ranting. “Dalam waktu 100 hari kerja ini minimal
target kami 50% PAC sudah berhasil membentuk kepengurusan. Kami akan
membentuk tim untuk melakukan supervisi per dapil, sehingga setiap dapil
ada pendamping sendiri,” terangnya.
Setelah 3 bulan semua
pengurus sampai ke tingkat ranting tersebut terbentuk, maka akan
dilakukan musyawarah kerja cabang. “Kami akan mengumpulkan semuanya,
kita akan melakukan musyawarah untuk menyusun program kerja baik untuk
program kerja tahunan maupun program kerja jangka panjang,” jelasnya.
Setelah program kerja itu ditetapkan nantinya akan dikirim ke
masing-masing sektor, masing-masing divisi, maupun ke masing-masing
badan dan lembaga yang ada di Pemuda Pancasila. Tingkat ranting akan
diberi tanggung jawab sendiri, PAC juga diberi tanggung jawab sendiri,
dan untuk tingkat MPC bertanggung jawab mengkoordinasi, menggerakkan
semua mesin organisasi agar berjalan secara beriringan.
“Harapan kami semuanya bisa bekerjasama, kompak, solid tidak boleh
tumbuh ego sektoral. Tidak boleh ada kebanggaan semu seperti misalnya
mantan dari ini, saya dari mantan itu. Tidak boleh seperti itu, ketika
sudah terjun ke PP semuanya sama sebagai anggota Ormas Pemuda
Pancasila," tuturnya.
Tahun 2020 ini diharapkan semua masalah
internal sudah bisa diberesi sehingga menginjak tahun 2021 kepengurusan
bisa bergerak bersama mulai dari MPC hingga ke tingkat ranting.
PP TERBUKA UNTUK SEMUA KALANGAN
“Kami mengundang semua kalangan untuk bisa bersama kami berbakti
kepada masyarakat baik melalui organisasi PP maupun melalui organisasi
yang lain. Tentunya kalau ada masyarakat yang ingin bergabung bersama
kami, kami persilahkan. Kami tidak bisa menghalangi masyarakat untuk
bergabung bersama kami, karena kami pun butuh bantuan dukungan dari
banyak orang,” ujar Setiawan memberi sinyal kepada semua kalangan untuk
mempersilahkan bergabung dengan organisasi Pemuda Pancasila.
“Monggo bergabung dengan PP, monggo ajak kawannya atau tetangganya, ajak
saudara-saudara untuk bergabung bersama kami. Kita melangkah bersama,
bertransformasi bersama, dan mendatangkan manfaat yang besar untuk
masyarakat Lumajang,” sambungnya.
Jika ada masyarakat yang
ingin bergabung menjadi anggota PP bisa menghubungi Setiawan atau
langsung ke kantor Pemuda Pancasila di Jl.Slamet Riyadi depan apotik
atau depan guyangan lama (cuci mobil). “Dulu dikenal dengan jalan
Pelita, selatan pertigaan ke arah GOR sudah kelihatan ada gedung
bangunan loreng orange dan hitam. Silahkan datang menemui kami yang ada
di sana, sampaikan niat baiknya untuk bergabung bersama kita, akan
segera kita tindaklanjuti,” terangnya.
Setiawan kembali
menjelaskan bahwa PP terbuka untuk semua kalangan baik dari partai
politik organisasi organisasi LSM yang lain maupun dari masyarakat
lainnya. Ia mengaku akan membentuk tim humas atau public relation baik
melalui sosial media, facebook, Instagram dan juga akan disiapkan sebuah
website khusus Pemuda Pancasila Lumajang. Website tersebut berisi
informasi terkait dengan kegiatan pemuda Pancasila Lumajang, sehingga
dapat dibaca dan dipelajari oleh masyarakat Lumajang.
“Harapannya dengan kehumasan yang baik, dengan strategi public relation
yang baik, maka nama baik kami akan kembali meningkat. Kami akan semakin
dikenal oleh masyarakat Lumajang sehingga ke depan masyarakat tidak
lagi terjebak dalam stereotipe bahwa PP itu rentan dengan premanisme,”
ujarnya.
Keanggotaan Pemuda Pancasila Lumajang tidak akan
mensyaratkan ijazah atau pendidikan sebagai dasar penerimaan anggota.
Bahkan PP Lumajang juga akan menggandeng pegiat HAM seperti dari
organisasi disabilitas untuk masuk ke kepengurusan Pemuda Pancasila
tersebut.
“Kami ingi semua kalangan masyarakat, kalangan remaja,
kalangan berpendidikan, kampus dan lain-lain akan kita coba tarik
termasuk kalangan disabilitas. Kami ingin berkontribusi positif
memberikan perlindungan, kami juga undang kalangan seniman dan
lain-lain,” ujar Setiawan.
Dengan bergabungnya semua kalangan
ke organisasi Pemuda Pancasila ini diharapkan organisasi ini bisa
memberikan perlindungan dan memberikan sumbangsih pemikiran dan tenaga
agar apa yang menjadi kepentingan masyarakat bisa terjamin.
“Apa yang menjadi hak dan kewajiban masyarakat menjadi konsen kami,
supaya kita semua bisa hidup berdampingan dengan damai, aman dan nyaman.
Harapan kami apa yang kami lakukan kedepan mampu untuk memberdayakan
anggota kami dan juga akhirnya yang menjadi goal yang paling utama
adalah meningkatkan kesejahteraan anggota Pemuda Pancasila,”
pungkasnya.(TEGUH EKAJA).
0 Komentar