Organisasi Pemuda Pancasila (PP) secara nasional saat ini sudah ada di setiap daerah, mulai dari tingkat kabupaten kota dan kecamatan di seluruh Indonesia, bahkan sampai tingkat ranting di desa. “Minimal kami ikut menjaga Pancasila. Kalau ada ideologi-ideologi baru atau kelompok-kelompok yang merongrong dan ingin menggantikan Pancasila, kami tentu bergerak untuk menolak dan melawannya,” ujar Agus Setiawan, Ketua Pemuda Pancasila Kab. Lumajang.
Penegasan itu disampaikan Agus Setiawan saat menjadi narasumber talkshow pada program Ngopi Pagi di Radio Semeru FM, Sabtu (15/8). Tema yang diusung adalah Pemuda Pancasila dan Refleksi HUT Kemerdekaan RI ke 75.
Setiawan menegaskan bahwa Pancasila harus dijaga, karena kalau hanya diserahkan ke mekanisme masyarakat tanpa ada organisasi-organisasi yang menjaganya, dikhawatirkan lambat laun akan tergusur.
Ia mengingatkan, setiap saat ideologi baru masuk ke Indonesia dengan berbagai macam cara, dengan berbagai rayuan memikat anak-anak muda untuk mengikuti ideologi baru tersebut. Dengan mengatasnamakan aktivis dan lain-lain, ideologi itu dimasukkan hingga borderless (tanpa batas).
“Ada sekelompok orang yang punya ideologi bahwa kalau misalkan Jawa ingin merdeka biarkan merdeka, Kalimantan ingin merdeka biarkan Kalimantan merdeka. Contohnya di Papua dirong-rong oleh pihak asing dan mereka mendesak untuk merdeka. Aktivis ini ngomong biarkan merdeka dan ini kebetulan orangnya asalnya dari Lumajang,” ujar Setiawan, yang membuat host Hariyanto, S.Pd dan pendengar Radio Semeru FM terperanjat. Namun, Setiawan tidak bersedia menyebut nama aktivis tersebut.
Setiawan berpendapat bahwa aktivis seperti ini harus kita lawan, karena para pahlawan dulu menyatukan Indonesia itu dengan darah. Semuanya bertemu dalam satu tempat mengungkapkan tekad yang sama, mengucapkan tekad yang sama, memiliki semangat yang sama untuk persatuan Indonesia. “Jangan kita yang muda-muda ini justru atas nama aktivis dan lain-lain dengan seenaknya ngomong biarkan semuanya merdeka,” ujar Setiawan mengingatkan.
Hal seperti harus diwaspadai karena menurut Setiawan, isu-isu sekarang bisa dimaintance. Ia mencontohkan, jika suatu provinsi ingin merdeka, mungkin yang teriak merdeka hanya segelintir orang. Namun karena dimaintance misalnya di media internasional, dorongan dari negara lain yang punya kepentingan akhirnya hal itu bisa terjadi.
Setiawan mencontohkan dengan apa yang terjadi teradap Timor-timur. Menurutnya, mungkin yang ingin merdeka hanya sebagian kecil warga, karena dimaintance dan dengan desakan internasional akhirnya Timor-timur merdeka. Namun sekarang apa yang terjadi? Timor Timur menjadi salah satu negara termiskin di dunia. “Mereka dirong-rong negara asing seperti Australia dan beberapa negara lain yang punya kepentingan untuk merebut migasnya. Akhirnya banyak orang Timor Timur yang menyesal kenapa lepas dari Indonesia,” ujarnya.
Jika bicara soal persatuan, di Pancasila ada di sila ke 3 yakni Persatuan Indonesia. Ini artinya dari Sabang sampai Merauke harus bersatu meskipun semuanya punya budaya maupun etnis yang berbeda-beda. “Di Lumajang pun ada budaya dan etnis yang berbeda-beda. Ada yang Jawa, Madura, ada yang campuran. Di Jawa TIimur ada Osing, Mataraman, budaya seputar tapal kuda. Itu sudah berbeda-beda budayanya, apalagi seluruh Indonesia,” ungkapnya.
Ini belum lagi jumlah suku bangsa dan pulau di Indonesia yang jumlahnya ribuan. Jika tidak punya semangat Pancasila, tidak punya semangat yang sama untuk mewujudkan persatuan Indonesia, maka Indonesia tidak akan maju bahkan lambat laun akan terjadi perpecahan dan negara asing akan mudah masuk menanamkan ideologi yang akhirnya menyebabkan perpecahan di Indonesia.
Ia mencontohkan soal adanya oknum tokoh agama tertentu yang memaksakan kehendak supaya yang lain juga mengikuti, bahkan di satu agama pun sekarang juga saling berbenturan. Ini akan berbahaya sekali. Hal-hal inilah yang harus dikendalikan. Anak-anak muda harus dilindungi dan diberi pemahaman bahwa Indonesia berbeda-beda dan tidak bisa disamakan, tidak bisa diseragamkan, dan kita harus menghargai perbedaan itu dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Perbedaan yang ada di lingkungan kita, di bangsa kita ini, bisa menyatukan kita dalam satu semangat yaitu Indonesia, semangat negara kesatuan Republik Indonesia. “Kita punya Pancasila, kita harus mewujudkan apa yang ada di Pancasila tersebut, seperti keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kalau tidak bisa kita wujudkan, bagaimana kita bisa ngomong Indonesia akan maju,” ungkap Setiawan.
“Oleh karena itu kami dan anda, serta semua kawan-kawan dimana pun anda berada, setiap hari kita harus menanamkan dalam pikiran kita dan hati kita bahwa Indonesia bisa maju, bisa sejahtera, kalau kita bersatu,” tukas Setiawan.
Indonesia maju kalau rakyatnya bisa bersatu. Karena itu, ujar Setiawan, Pemuda Pancasila dalam konteks kemerdekaan dan pemantapan ideologi akan selalu bergerak di masyarakat untuk mengingatkan bahwa kita punya ideologi yang sama yaitu Pancasila, ideologi yang final. Jika tidak dijaga nanti akan tergusur oleh ideologi yang tidak jelas.
“Kita dalam sikap, tindak-tanduk, dan perbuatan setiap hari harus mengacu ke ideologi Pancasila. Dulu kita sudah pernah belajar tentang butir-butir Pancasila, di situlah kita belajar bersikap setiap harinya. Kita berbaik dengan tetangga, kita berbaik sangka ke orang, kita mendahulukan kepentingan orang lain,” ungkap Setiawan.
Pancasila bukan sekedar slogan. Inilah yang menurut Setiawan harus ditanamkan kembali ke anak-anak, ke generasi muda, supaya tertanam dalam benak mereka bahwa Pancasila tidak hanya sekedar lima sila, tapi ada hal-hal baik yang di dalamnya harus dipelajari dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Sangat berbahaya sekali kalau anak-anak dan generasi muda memahami Pancasila hanya sebagai lima sila. JIka hanya dipahami seperti itu, maka mereka hanya mengetahui sekitar 5 kalimat lima sila saja. Mereka tidak memahami ruh dari Pancasila itu seperti apa. “Kami hadir minimal untuk membantu pemerintah dalam memberikan penyadaran itu ke masyarakat kita,” kata Setiawan.
Tidak hanya kepada masyarakat luas, kepada anggota PP sendiri Setiawan menyatakan sudah melakukan kaderisasi. “Kami akan menanamkan nilai-nilai yang sesuai dengan ideologi Pancasila, nilai-nilai kebangsaan, sehingga ketika anggota kami nanti berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya bisa memberikan pemahaman baik kepada keluarganya, kepada lingkungannya tentang nilai-nilai Pancasila,” ujarnya.
Pancasila tidak bisa hanya dipahami sebagai slogan atau sekedar lima sila. Masyarakat harus paham dan bisa mengejawantahkan Pancasila dan nilai -nilai yang terkandung didalamnya dalam kehidupan sehari-hari. “Karena itu kami akan melakukan kaderisasi, akan mulai melakukan pelatihan-pelatihan kepada anggota kami, sehingga anggota kami bisa memberikan contoh di masyarakat,” tukas Setiawan.
Setiawan selaku Ketua MPC Pemuda Pancasila (PP) Lumajang mengatakan bahwa PP di Lumajang, hadir di kalangan anak muda, salah satu tugasnya meningkatkan kesadaran masyarakat terutama anak muda bahwa bangsa ini punya dasar negara Pancasila, punya Bhineka Tunggal Ika, dan juga punya Undang-undang Dasar 1945.
“Ini harus kita tanamkan di sanubari kita. Kita harus melangkah maju, kita harus bertindak dan bersikap sehari-hari sesuai dengan ideologi bangsa kita. Misalkan masalah persatuan, ketika kita jauh dari Pancasila, jauh dari semangat Bhinneka Tunggal Ika, maka kita akan mudah diadu domba,” ujar Setiawan.
“Mari kita berdoa kepada Allah SWT, kepada Tuhan yang Maha Esa, supaya Indonesia tetap diberi kemerdekaan, tetap diberi keberkahan, kekuatan, tetap diberikan rahmat, sehingga negara kita nanti ke depannya menjadi negara yang besar, maju serta bisa menjadi negara yang mampu menghadirkan kesejahteraan bagi warga negaranya, dan juga bisa menjadi negara percontohan di tingkat dunia,” himbaunya.
Mewakili Pemuda Pancasila Lumajang, Setiawan bertekad dan berusaha untuk mengisi kemerdekaan dengan segala hal dengan daya upaya serta keterbatasannya untuk mengabdi kepada masyarakat Lumajang. “Semoga kami bisa ikut andil menuju Lumajang maju, terima kasih dan MERDEKA!” pekiknya sambil mengepalkan tangan mengakhiri perbincangannya. (TEGUH EKAJA)
0 Komentar