Pengembangan suatu daerah tentunya harus melalui riset. Dengan riset tersebut bisa diperoleh pilihan sektor-sektor yang menjadi unggulan di suatu daerah. Hingga kini khusus di Lumajang sektor unggulannya adalah pertanian yang menempati urutan pertama. Sektor unggulan lain yang mengikuti yakni manufaktur perdagangan dan jasa serta sektor pertambangan. Hal ini disampaikan oleh Agus Setiawan, seorang pakar ekonomi asal Lumajang, saat menjadi narasumber talkshow di Radio Semeru FM dalam program Ngopi Pagi yang dipandu Hariyanto, S.Pd. Sabtu (19/9). Tema yang diusung adalah "Strategi Optimalisasi Potensi Agroekonomi Lumajang". Agus Setiawan memaparkan, sektor-sektor unggulan itu tentunya harus diprioritaskan dalam program dan kegiatan Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang, karena sektor ini menampung dan menaungi banyak orang. “Bahkan mungkin menaungi ratusan ribu orang di dalamnya,” ujar Setiawan. Apabila sektor ini mengalami kontraksi atau pertumbuhan yang negatif atau turun terus tiap tahun, maka bisa dibayangkan berapa ribu orang yang kehilangan pekerjaan di sektor-sektor tersebut. Turunnya produktivitasnya sektor-sektor unggulan menurutnya sangat berbahaya sekali. Jika sektor-sektor unggulan ini mengalami kemunduran, maka banyak orang yang akan kehilangan pekerjaan, banyak pengusaha yang mengalami kebangkrutan, banyak pula peluang-peluang bisnis yang akan hilang dan ujungnya adalah meningkatkan angka pengangguran dan kriminalitas. “Belum tentu ini bisa dicover oleh sektor-sektor yang lain sebagai sektor manufaktur, dan perdagangan dan jasa. Oleh karena itu sektor unggulan ini harus diprioritaskan,” ungkapnya. SALAH PRIORITAS ANGGARAN Selama ini, menurut Setiawan, Lumajang telah beberapa kali mencoba melakukan usaha peningkatan ekonomi dengan melakukan penguatan anggaran di beberapa sektor. Bahkan sepanjang tahun telah memprioritaskan anggaran kepada sektor yang tidak jelas pendapatannya. Setiawan mencontohkan seperti sekarang Pemerintah Daerah Lumajang yang begitu getol mengembangkan pariwisata yang menurutnya targetnya tidak jelas dan efeknya tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Lumajang. Jasa pariwisata pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakat Lumajang juga tidak bisa dihitung, karena tidak ada kejelasan data baik yang di Badan Pusat Statistisk (BPS) maupun data di Pemerintah Daerah Lumajang sendiri. Jasa pariwisata di Lumajang ini, menurut Setiawan, masih pada batas masuk ke dalam konsumsi masyarakat. Sementara sektor yang harusnya menjadi unggulan justru dibiarkan berjalan apa adanya. Harusnya, ujar Setiawan, sektor unggulan yang menjadi core bisnis itu yang diutamakan, terutama pertanian. “Pemerintah dan masyarakat harus sepakat sektor unggulan yang harus dikembangkan yang mana, agar tidak salah dalam menentukan kebijakan anggaran,” ujar Setiawan. Saat ini apa yang terjadi dalam penganggaran Pemerintahan Lumajang menurutnya sangat memprihatinkan. “Mohon maaf kita harus katakan bahwa sektor unggulan kita adalah pertanian karena angkanya besar dan ratusan ribu masyarakat tergantung di dalamnya. Sayang sekali bahwa sektor pertanian ini hanya sebagai program yang berjalan rutinitas setiap tahun,” tutur Setiawan. Setiawan melihat di Dinas Pertanian Lumajang ada program-program yang unggul tapi tidak bisa dijalankan karena masih membutuhkan dukungan, baik itu dukungan politik maupun dukungan anggaran dan dukungan sosial kemasyarakatan. “Saya lihat anggaran APBD kita yang diarahkan ke Dinas Pertanian sangat kurang, sehingga saya merasa teman-teman Dinas Pertanian ini ingin bekerja lebih baik tapi karena dukungan anggaran yang kurang akhirnya tidak bisa maksimal. Mungkin hanya bisa menjalankan program-program yang menjadi rutinitas tahunan,” ungkapnya lagi. Karena itulah Setiawan menyarankan, mumpung saat ini sudah mulai menyusun anggaran di DPRD maka pemerintah harus segera memprioritaskan anggaran di Dinas Pertanian. Setiawan menyarankan agar anggaran di Dinas Pertanian Lumajang bisa ditingkatkan menjadi 5 M supaya tenaga yang ada di Dinas Pertanian ini bisa menjalankan programnya dengan baik. Semisal bisa mensuport komunitas- komunitas petani, mungkin juga bisa mengcreate project-project percontohan. “Dinas Pertanian bisa fokus mengawal projectnya, misalkan fokus di hulu sampai ke hilir, bagaimana mendampingi petani setelah tanam dan panen, karena saat ini pasca panen tidak begutu diurusi,” ujar Setiawan. Setiawan mencontohkan tentang program pembelian beras organik oleh Dinas Oertanian, namun sekarang program ini dihentikan dengan alasan tidak ada anggaran. “Beberapa minggu yang lalu saya mendapat keluhan dari para petani beras organik. Nah ini yang saya bilang perlunya kontinuitas dari hulu ke hilir harus diurus dengan betul. Ketika di hulunya mereka dipaksa untuk menanam benih padi organik sebagai proyek percontohan bahkan ada seremonial waktu itu, pasca panennya bagaimana? Nah ini harus dibantu juga, jangan cuma bilang tahun ini tidak ada anggarannya. Kan kasihan kalau begitu, mereka bingung mencari pasar untuk beras organiknya,” ungkap Setiawan. Oleh karena itu kalau ingin memberdayakan sektor pertanian maka anggarannya harus ditambah dan dilipatgandakan. Ini cukup beralasan karena pengaruhnya sangat luas, sebab menghidupi banyak orang. “Data di BPS jumlah orang yang bekerja di sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan itu luar biasa banyak, ratusan ribu orang mungkin lebih banyak dari sektor industri. Ini harus diurus dengan betul supaya pertumbuhan ekonominya tidak terus turun, produktivitasnya tidak terus menurun,” ujar Setiawan. Dukungan terhadap sektor pertanian menurut Setiawan sangat penting, jika ingin mensejahterakan masyarakat. Maka sektor-sektor unggulan Yang menaungi banyak orang harus diperhatikan dan diurus dengan benar. “Kalau sektor unggulan mengalami kontraksi, pertumbuhannya tidak bagus, produktivitasnya turun maka tidak mungkin bisa mensejahterakan masyarakat,” tegas Setiawan. PENGARUH SEKTOR PERTANIAN PADA PERTUMBUHAN EKONOMI Setiawan mengungkapkan bahwa sejak tahun 2016 sektor pertanian di Lumajang telah mengalami kemunduran atau kenaikkannya tidak seperti tahun sebelumnya. Bahkan tahun 2019 sektor pertanian pertumbuhannya tidak mencapai 1 persen. “Inilah penyebab kenapa tahun 2019 pertumbuhan ekonomi Lumajang itu hanya mencapai 4,7 %, dan itu termasuk salah satu yang terendah se-Jawa Timur. Kondisi ini harus diketahui oleh masyarakat Lumajang supaya masyarakat Lumajang lebih aware agar tidak terpengaruh oleh kegiatan-kegiatan yang tidak penting,” ungkap Setiawan. Terkait dengan hal itu tentunya masyarakat harus sadar dan kembali memperhatikan bahwa sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan ini membutuhkan perhatian dari semua pihak, tidak hanya dari pemerintah daerah supaya apa bisa kembali produktif agar ratusan ribu orang yang tergantung di dalamnya bisa meningkat kesejahteraannya. Lumajang adalah gudangnya hasil sumber daya alam seperti beras, palawija dan buah-buahan. Produk Lumajang ini terkenal di luar daerah sehingga banyak investor yang mau masuk. Setiawan mencontohkan produk buah pepaya dari Lumajang yang dikirim sampai ke Jakarta seperti di Pasar Induk Kramat Jati. “Tahun 2016 jalau tidak salah kita pernah menerima dana insentif dari pemerintah pusat, karena keberhasilannya dalam meningkatkan produktivitas padi. Ini tentunya harus didorong lagi supaya prestasi yang sudah kita dapat dipertahankan atau pertahankan produktivitas, bukannya malahg turun,” ungkap Setiawan. Untuk meningkatkan produktivitas ini tentunya banyak strategi yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah sudah paham strateginya apa saha, hanya menurut Setiawan mungkin karena tidak fokus dan tidak menjadikan pertanian sebagai prioritas maka semua itu tidak tercapai. “Dinas Pertanian kalau berjalan sendirian pasti terbatas usahanya. Harus didukung dan bekerjasama dengan berbagai elemen yang ada di Lumajang. Tidak boleh hanya menggantungkan ke Dinas Pertanian saja. Itu ada strategi khusus yang menggabungkan program dan kegiatan dari berbagai macam dinas yang terkait dengan pertanian,” pungkasnya. (TEGUH EKAJA).
Pengembangan suatu daerah tentunya harus melalui riset. Dengan riset tersebut bisa diperoleh pilihan sektor-sektor yang menjadi unggulan di suatu daerah. Hingga kini khusus di Lumajang sektor unggulannya adalah pertanian yang menempati urutan pertama. Sektor unggulan lain yang mengikuti yakni manufaktur perdagangan dan jasa serta sektor pertambangan.
Hal ini disampaikan oleh Agus Setiawan, seorang pakar ekonomi asal Lumajang, saat menjadi narasumber talkshow di Radio Semeru FM dalam program Ngopi Pagi yang dipandu Hariyanto, S.Pd. Sabtu (19/9). Tema yang diusung adalah "Strategi Optimalisasi Potensi Agroekonomi Lumajang".
Agus Setiawan memaparkan, sektor-sektor unggulan itu tentunya harus diprioritaskan dalam program dan kegiatan Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang, karena sektor ini menampung dan menaungi banyak orang. “Bahkan mungkin menaungi ratusan ribu orang di dalamnya,” ujar Setiawan.
Apabila sektor ini mengalami kontraksi atau pertumbuhan yang negatif atau turun terus tiap tahun, maka bisa dibayangkan berapa ribu orang yang kehilangan pekerjaan di sektor-sektor tersebut. Turunnya produktivitasnya sektor-sektor unggulan menurutnya sangat berbahaya sekali.
Jika sektor-sektor unggulan ini mengalami kemunduran, maka banyak orang yang akan kehilangan pekerjaan, banyak pengusaha yang mengalami kebangkrutan, banyak pula peluang-peluang bisnis yang akan hilang dan ujungnya adalah meningkatkan angka pengangguran dan kriminalitas.
“Belum tentu ini bisa dicover oleh sektor-sektor yang lain sebagai sektor manufaktur, dan perdagangan dan jasa. Oleh karena itu sektor unggulan ini harus diprioritaskan,” ungkapnya.
SALAH PRIORITAS ANGGARAN
Selama ini, menurut Setiawan, Lumajang telah beberapa kali mencoba melakukan usaha peningkatan ekonomi dengan melakukan penguatan anggaran di beberapa sektor. Bahkan sepanjang tahun telah memprioritaskan anggaran kepada sektor yang tidak jelas pendapatannya.
Setiawan mencontohkan seperti sekarang Pemerintah Daerah Lumajang yang begitu getol mengembangkan pariwisata yang menurutnya targetnya tidak jelas dan efeknya tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Lumajang.
Jasa pariwisata pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakat Lumajang juga tidak bisa dihitung, karena tidak ada kejelasan data baik yang di Badan Pusat Statistisk (BPS) maupun data di Pemerintah Daerah Lumajang sendiri. Jasa pariwisata di Lumajang ini, menurut Setiawan, masih pada batas masuk ke dalam konsumsi masyarakat.
Sementara sektor yang harusnya menjadi unggulan justru dibiarkan berjalan apa adanya. Harusnya, ujar Setiawan, sektor unggulan yang menjadi core bisnis itu yang diutamakan, terutama pertanian. “Pemerintah dan masyarakat harus sepakat sektor unggulan yang harus dikembangkan yang mana, agar tidak salah dalam menentukan kebijakan anggaran,” ujar Setiawan.
Saat ini apa yang terjadi dalam penganggaran Pemerintahan Lumajang menurutnya sangat memprihatinkan. “Mohon maaf kita harus katakan bahwa sektor unggulan kita adalah pertanian karena angkanya besar dan ratusan ribu masyarakat tergantung di dalamnya. Sayang sekali bahwa sektor pertanian ini hanya sebagai program yang berjalan rutinitas setiap tahun,” tutur Setiawan.
Setiawan melihat di Dinas Pertanian Lumajang ada program-program yang unggul tapi tidak bisa dijalankan karena masih membutuhkan dukungan, baik itu dukungan politik maupun dukungan anggaran dan dukungan sosial kemasyarakatan.
“Saya lihat anggaran APBD kita yang diarahkan ke Dinas Pertanian sangat kurang, sehingga saya merasa teman-teman Dinas Pertanian ini ingin bekerja lebih baik tapi karena dukungan anggaran yang kurang akhirnya tidak bisa maksimal. Mungkin hanya bisa menjalankan program-program yang menjadi rutinitas tahunan,” ungkapnya lagi.
Karena itulah Setiawan menyarankan, mumpung saat ini sudah mulai menyusun anggaran di DPRD maka pemerintah harus segera memprioritaskan anggaran di Dinas Pertanian.
Setiawan menyarankan agar anggaran di Dinas Pertanian Lumajang bisa ditingkatkan menjadi 5 M supaya tenaga yang ada di Dinas Pertanian ini bisa menjalankan programnya dengan baik. Semisal bisa mensuport komunitas- komunitas petani, mungkin juga bisa mengcreate project-project percontohan.
“Dinas Pertanian bisa fokus mengawal projectnya, misalkan fokus di hulu sampai ke hilir, bagaimana mendampingi petani setelah tanam dan panen, karena saat ini pasca panen tidak begutu diurusi,” ujar Setiawan.
Setiawan mencontohkan tentang program pembelian beras organik oleh Dinas Oertanian, namun sekarang program ini dihentikan dengan alasan tidak ada anggaran. “Beberapa minggu yang lalu saya mendapat keluhan dari para petani beras organik. Nah ini yang saya bilang perlunya kontinuitas dari hulu ke hilir harus diurus dengan betul. Ketika di hulunya mereka dipaksa untuk menanam benih padi organik sebagai proyek percontohan bahkan ada seremonial waktu itu, pasca panennya bagaimana? Nah ini harus dibantu juga, jangan cuma bilang tahun ini tidak ada anggarannya. Kan kasihan kalau begitu, mereka bingung mencari pasar untuk beras organiknya,” ungkap Setiawan.
Oleh karena itu kalau ingin memberdayakan sektor pertanian maka anggarannya harus ditambah dan dilipatgandakan. Ini cukup beralasan karena pengaruhnya sangat luas, sebab menghidupi banyak orang.
“Data di BPS jumlah orang yang bekerja di sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan itu luar biasa banyak, ratusan ribu orang mungkin lebih banyak dari sektor industri. Ini harus diurus dengan betul supaya pertumbuhan ekonominya tidak terus turun, produktivitasnya tidak terus menurun,” ujar Setiawan.
Dukungan terhadap sektor pertanian menurut Setiawan sangat penting, jika ingin mensejahterakan masyarakat. Maka sektor-sektor unggulan Yang menaungi banyak orang harus diperhatikan dan diurus dengan benar.
“Kalau sektor unggulan mengalami kontraksi, pertumbuhannya tidak bagus, produktivitasnya turun maka tidak mungkin bisa mensejahterakan masyarakat,” tegas Setiawan.
PENGARUH SEKTOR PERTANIAN PADA PERTUMBUHAN EKONOMI
Setiawan mengungkapkan bahwa sejak tahun 2016 sektor pertanian di Lumajang telah mengalami kemunduran atau kenaikkannya tidak seperti tahun sebelumnya. Bahkan tahun 2019 sektor pertanian pertumbuhannya tidak mencapai 1 persen.
“Inilah penyebab kenapa tahun 2019 pertumbuhan ekonomi Lumajang itu hanya mencapai 4,7 %, dan itu termasuk salah satu yang terendah se-Jawa Timur. Kondisi ini harus diketahui oleh masyarakat Lumajang supaya masyarakat Lumajang lebih aware agar tidak terpengaruh oleh kegiatan-kegiatan yang tidak penting,” ungkap Setiawan.
Terkait dengan hal itu tentunya masyarakat harus sadar dan kembali memperhatikan bahwa sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan ini membutuhkan perhatian dari semua pihak, tidak hanya dari pemerintah daerah supaya apa bisa kembali produktif agar ratusan ribu orang yang tergantung di dalamnya bisa meningkat kesejahteraannya.
Lumajang adalah gudangnya hasil sumber daya alam seperti beras, palawija dan buah-buahan. Produk Lumajang ini terkenal di luar daerah sehingga banyak investor yang mau masuk. Setiawan mencontohkan produk buah pepaya dari Lumajang yang dikirim sampai ke Jakarta seperti di Pasar Induk Kramat Jati.
“Tahun 2016 jalau tidak salah kita pernah menerima dana insentif dari pemerintah pusat, karena keberhasilannya dalam meningkatkan produktivitas padi. Ini tentunya harus didorong lagi supaya prestasi yang sudah kita dapat dipertahankan atau pertahankan produktivitas, bukannya malahg turun,” ungkap Setiawan.
Untuk meningkatkan produktivitas ini tentunya banyak strategi yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah sudah paham strateginya apa saha, hanya menurut Setiawan mungkin karena tidak fokus dan tidak menjadikan pertanian sebagai prioritas maka semua itu tidak tercapai.
“Dinas Pertanian kalau berjalan sendirian pasti terbatas usahanya. Harus didukung dan bekerjasama dengan berbagai elemen yang ada di Lumajang. Tidak boleh hanya menggantungkan ke Dinas Pertanian saja. Itu ada strategi khusus yang menggabungkan program dan kegiatan dari berbagai macam dinas yang terkait dengan pertanian,” pungkasnya. (TEGUH EKAJA).
0 Komentar